Mt sejarah biblical Ibrahim/Abraham As. lahir pada masa antara abad 20-19 SM di Ur-Kaldea.
Lahir dari seorang ayah yang masih menyembah berhala, bahkan pembuat
patung berhala yang disembah oleh manusia. Pemuda Ibrahim yang merasa
aneh dengan penyembahan berhala, berusaha mencari Tuhan yang
sebenarnya, yang dapat memberi manfaat dan dan menghilangkan mudlarat
tidak seperti patung. Ibrahim (Abraham) oleh para peneliti diduga
merupakan salah satu pemimpin kafilah yang membawa rakyatnya dari
Mesopotamia menuju Laut Tengah pada akhir milenium ke tiga SM.
Terlepas dari kebenaran dugaan tersebut, namun berita tentang
pengembaraan Ibrahim dari Kaldea menuju Kanan agaknya sudah umum
diketahui pemeluk ketiga agama samawi. Oleh sebab itu kami hanya
menyorot pengembaraannya sebagai individu Ibrahim yang digambarkan oleh
al-Quran berusaha mencari hakekat Allah. Penelitian Ibrahim As.
terhadap kepercayaan masyarakat sekelilingnya, baik di tempat asalnya
-Kaldea- maupun negeri yang dilewatinya dalam pengembaraan, menghendaki
dirinya untuk menganalisa bentuk kepercayaan Yang berkembangBanyak
pendapat tentang asal mula kepercayaan manusia, ada yang berpendapat
bahwa kepercayaan itu dimulai dari rasa takut yang kemudian manusia
menyandarkan pada apa yang dapat membuatnya tenang, ada yang
mendasarkan pada kepercayaan terhadap roh hingga menimbulkan
kepercayaan Totemisme, ada yang mendasarkan pada kepentingan individu
dan umum, serta macam-macam perkiraan lain yang bukan dimaksudkan untuk
dibahas disini. Apapun yang mendasarinya, kepercayaan terhadap
penyembahan berhala adalah termasuk kepercayaan kuno. Suatu kepercayaan
yang menurut penganutnya dapat mendekatkan dirinya dengan sesembahan
yang diyakininya.
Selain
kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada pada masa
Ibrahim diwilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap
benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari.
Kaldea yang masuk wilayah Mesopotamia-Babilonia mengenal penyembahan
bintang-bintang seperti dewa Marduk yang mereka anggap sebagai dewa
perang, adalah planet Mars, serta dewa-dewa lain hingga 12 dewa, yang
nama-namanya dipakai dalam astronomi hingga sekarang.
Mesir
kuno, mengenal penyembahan dewa Matahari sebagai dewa Re, yang adalah
Matahari itu sendiri. Kepercayaan terhadap Re (dewa matahari) bertahan
dari dinasti ke II (+- 3000
SM) raja-raja Mesir Kuno hingga dinasti Khofo (1400 SM). Hal dikuatkan
dengan ditemukannya tulisan di makam salah satu raja dinasti II, yang
menyebut dewa matahari dengan sebutan Nabire.
Kepercayaan ini pada masa-masa selanjutnya berkembang menjadi banyak
dewa seiring perkembang perebutan kekuasaan yang menjadikan dewa
sebagai alat propaganda paling mujarab, maka tidak heran jika dewa-dewa
kemudian didatangkan dari luar.
Kepercayaan-kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini,
penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari, diisyaratkan
oleh al-Quran dalam surat al-Anam ayat 76-80.
Tatkala gelap malam mencungkupnya, ia (Ibrahim) pun dapat melihat
bintang-bintang. Maka katanya: Ini adalah Tuhanku.Ketika bintang itu
hilang, ia berkata: Aku tidak suka kepada apa-apa yang hilang.
Tatkala
ia melihat bulan muncul, ia berkata: Inilah Tuhanku. Ketika bulan itu
terbenam, ia berkata: Kalau Tuhanku tidak menunjuki aku, tentulah aku
termasuk orang yang sesat.
Ketika
ia melihat matahari terbit, ia berkata: Inilah Tuhanku, ini lebih
besar.Tetapi setelah matahari terbenam, ia berkata: Wahai kaumku! Aku
berlepas tangan dari apa yang kalian sekutukan.
Aku
menghadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi,
dengan kecenderungan kepada agama yang benardan aku bukanlah termasuk
orang-orang musyrik.
Kaumnya
menyangkalnya, maka katanya:; Adakah kalian menyangkal aku tentang
Tuhan, sedang Dia telah menunjuki aku dan aku tidak takut terhadap apa
yang kalian sekutukan, kecuali jika Tuhanku menghendaki sesuatu.
Tuhanku meliputi segala sesuatu dengan ilmuNya. Adakah kalian tidak
dapat mengambil pelajaran?
Jika
dilihat adanya upaya akal yang kemudian dibarengi pengembaraan yang
cukup jauh, agaknya Ibrahim juga menggunakan media lain selain akal
dalam upayanya, yaitu hati. Seperti yang diceritakan oleh Quran bahwa
beliau memiliki hati yang lembut dan santun. Kriteria hati yang semacam
ini hanya didapat dari olah batin yang serius. Dengan upaya akal dan
hati serta usaha yang sangat bersungguh-sungguh inilah maka Allah
memberikan petunjuk kepadanya. Penemuannya yang secara otodidak inilah
yang menjadikan Ibrahim menjadi orang yang sangat pasrah kepada
Tuhannya. Sebab beliau sudah membuktikan keberadaan Tuhan yang
dicarinya itu melalui mata batinnya. Pertemuannya dengan Tuhan ini
tentu saja dengan sarana hati, sebab otak hanya sebagai sarana awal
dari pencariannya. Kepasrahan inilah yang menjadi ajaran Ibrahim
sehingga ia menamakan dirinya muslim (orang yang pasrah).
Ajaran
Ibrahim pada masa itu tentu saja sangat bertentangan dengan pandangan
manusia tentang konsep ketuhanan. Di mana penyembahan berhala clan dewa
dewi lebih dapat mereka pahami dari pada pengesaan Allah. Adat
kekeluargaan yang kuat menjadi sarana untuk mempertahankan ajaran
beliau. Itulah sebabnya maka Nabi-nabi yang datang setelah nya
kebanyakan dari keturunan beliau -khususnya para nabi dan rasul yang
diceritakan oleh Taurat, Injil clan al-Quran. Nabi Musa yang datang
setelahnya juga masih mempertahankan keluarga besar Bani Israel sebagai
benteng ajaran Tauhid, walaupun pada masa itu paham umat manusia secara
umum belum mampu menalar ajaran Tauhid. Maka tidak heran jika beliau
harus berhadapan dengan Firaun yang menuhankan dirinya. Bahkan sebagian
umatnya pun pernah tergelincir mengikuti penyembahan berhala. Hingga
pada masa Uzair (Ezra) pun sistem kekeluargaan masih sangat ketat,
dimana bangsa Yahudi tidak boleh mengawini orang pagan.
Ajaran
ini terus berlanjut hingga masa menjelang kenabian Isa. Pada masa itu
ajaran dipegang erat oleh kelompok Esenes, sementara kelompok bani
Israel yang lain lebih memilih bergabung dengan masyarakat pagan Romawi
yang kala itu menguasai bangsa Yahudi. Dari kelompok inilah (Esenes)
muncul nabi Yahya (Yohanes pembabtis) yang berjuang melawan Romawi
hingga akhirnya tertangkap dan dibunuh akibat pengkhiatan sekte Yahudi
lain yaitu Farisi dan Saduki. Dua kelompok ini juga dicela oleh Yesus
dalam Injilnya. Nabi Isa As. yang melanjutkan perjuangan pendahulunya
ternyata mengalami hal yang sama. Pengkhiatan bangsanya yang berkomplot
dengan Romawi membuatnya hanya bertahan selama tiga tahun dalam masa
dakwahnya. Berkomplotnya sebagian bangsa Yahudi dengan Romawi inilah
yang mengakibatkan ajaran tauhid Yesus menjadi terasimilasi dengan
kebudayaan Romawi hingga menjadikan Tuhan yang Satu dipahami sebagai
tiga, walaupun masih tetap mengatakan Esa. Pada masa nabi Isa paham
`keluarga masih sangat kental, hingga beliau mengatakan : aku diutus hanya kepada dombadomba yang hilang dari umat Israel .
Hal ini bukanlah tanpa alasan, sebab pada masa itu bangsa lain masih
belum mampu menalar paham monoteisme. Apalagi bangsa Romawi yang
menguasai bangsa Israel, mitos dewa-dewi mereka masih sering
diceritakan hingga saat ini.
Melihat
kesinambungan ini, mestinya ajaran Kristen yang mengaku pengikut Yesus
(Isa) adalah monoteisme. Yudaisme yang ada sekarangpun tetap berpaham
monoteisme, walaupun syariatnya menjadi syariat nasionalisme. Kenapa
Yudaisme tetap bertahan dengan monoteismenya? Hal ini mudah ditebak
karena hingga saat ini pun agama Yudaisme hanya milik bangsa Yahudi.
Artinya faktor keluarga yang mampu mempertahankan tradisi sangat
berpengaruh sebagai benteng ajaran Monoteisme. Hanya saja ketika
tradisi keluarga itu terlalu diunggulkan maka jadilah ajarannya
nasionalisme buta yang menganggap bangsa lain sebagai budak.
Doa
Nabi Ibrahim yang menginginkan agar keturunannya menjadi para pemimpin
agama terwujud melalui kesinambungan peran keluarga dalam menjaga
ajarannya. Keluarga dari keturunan Nabi Ibrahim tidak saja yang dari
Ishaq, tapi juga Ismail yang kelak menurunkan Muhammad.
Jika
bangsa Yahudi/Israel memiliki silsilah nasab hingga sampai kepada Nabi
Ibrahim melalui Nabi Ishaq, maka bangsa Arab khususnya keluarga nabi
Muhammad juga memiliki nasab hingga sampai kepada Nabi Ibrahim melalui
nabi Ismail. Kita tidak perlu mengupas tentang nasab ini secara panjang
lebar, sebab jika ada yang mempertanyakan keotentikannya, maka hal itu
juga berlaku pada nasab nabi-nabi Israel (termasuk Yesus) kepada
Ibrahim As. Maka yang akan kita bahas adalah tradisi ajaran Ibrahim As,
yang berada di tanah Hejaz, lebih khususnya di tanah Makkah.
Pada
masa jahiliyah, jazirah Arab -sebagaimana peradaban lainnya- masih
dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena
alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan;
seperti yang telah kita bahas sebelumnya. Namun demikian ada diantara
mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut
kaum Ahnaf,(literal-orang-orang
yang lurus). Tradisi Ibrahim ada pada mereka karena memang mereka masih
satu keturunan dengan umat Israel yaitu bangsa Semit. Sebagian mereka
menganut ajaran Yudaisme karena bersinggunangan dengan bangsa Yahudi
yang menempati daerah-daerah pertanian yang subur seperti Yasrib
(Madinah). Keturunan semit lainnya disekitar jazirah Arab sudah
mengenal ajaran Nasrani yang berkembang sejak abad 4 M. melalui Siria.
Paham yang mereka anut adalah monoteisme karena rata-rata mereka
mengikuti ajaran Yakubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian
mengikuti paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah).
Secara
umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka
disini kita melihat bahwa faktor `keluarga masih berperan dominan dalam
penjagaan ajaran tauhid. Tidak mengherankan jika ajaran Nasrani yang
mereka anut terdapat ajaran yang tidak mengakui ketuhanan Yesus, yang
dianggap gereja sebagai bidah.
Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga ahnaf yang
memegang tradisi Ibrahim. Kakek Nabi -Abdul Muntalibmisalnya pernah
berujar mengorbankan putranya -Abdullah ayah Nabi Saw-, seperti yang
pernah dilakukan oleh nabi Ibrahim. Keponakan Rasulullah Waraqah bin
Noufal juga seorang tokoh ajaran ahnaf yang kemudian masuk nasrani
-sebelum kenabian Muhammad-. Beberapa ajaran Ibrahim dengan tradisi
Hanifiyah yang dicemooh oleh masyarakat Makkah pagan, adalah: puasa
Asyura, haji, menjauhi minum khamr (seperti yang dilakukan oleh Abu
Bakar), menyambung tali persaudaraan, shadaqah, memerdekakan budak
(ketiga hal ini pernah dilakukan oleh sahabat Hakim bin Hizam sebelum
Islam),dan berkhalwat (menyepi-seperti yang dilakukan oleh Nabi); keseluruh ajaran ini mereka sebut tahannuts atau tahannuf. Tahannuf dalam bentuk khalwat adalah ibadah mengasingkan diri (`uzlah) dengan hitungan tertentu. Dan ibadah semacam ini dilakukan oleh para nabi seperti yang termaktub dalam Bibel (lihat bab Ibadah).
Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf,
adalah penyembahan kepada Allah saja, seperti yang pernah dinyatakan
oleh Rasulullah pada masa sebelum kenabian, saat ditanya oleh Khadijah,
beliau menyatakan, Aku tidak akan menyembah Uzza selamanya.
Satu pernyataan yang membedakan antara penyembahan kepada Allah dan
penyembahan lain dari kepercayaan Arab. Itulah sebabnya maka kata Allah
hanya menunjuk kepada Allah saja sebagai Tuhan yang tidak disekutukan
oleh para Ahnaf, Nazarean, dan Esenes. Masyarakat pagan Arab adalah
masyarakat yang terkontaminasi kepercayaan nenek moyang, hingga mereka
menempatkan ilah-ilah lain selain Allah, sepert Uzza, lata, dan Manat.
Itulah sebabnya maka nama-nama mereka pun mencerminkan kepercayaan
mereka, ada Abd Syams (hamba/penyembah matahari), ada Abdul Uzza (hamba uzza), dan ada juga Abdullah (hamba
Allah). Maka nama Abdullah (ayah Nabi) merujuk pada nama Allah seperti
yang disembah oleh para Ahnaf pengikut ajaran Ibrahim.
Ajaran
monoteisme yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim yang sudah islam (pasrah
kepada Allah saja) kini dipertegas lagi oleh kenabian Muhammad, dengan
menghancurkan seluruh kepercayaan lama yang menyimpang dari ajaran
Ibrahim. Hal yang sama dilakukan oleh Yahya As. dan Isa As. yang ingin
membersihkan ajaran Musa As. dan Ibrahim As. serta nabi-nabi bani
Israel sebelumnya. Maka tidak mengherankan jika kedua nabi yang hidup
sezaman mendapat pertentangan dari Yahudi dari sekte Saduki dan Parisi,
hingga menyebabkan kematian YahYa dan penganiayaan terhadap Isa As. dan
pengikut keduanya.
Millatu Abraham di tangan Kristen
Monoteisme
yang diajarankan oleh Abraham dan dilestarikan oleh keturunannya hingga
masa Yesus, ketika dipegang oleh orang-orang Romawi -yang tentu saja
bukan dari keturunan Abraham-, ternyata melenceng dari tradisi yang
sudah dipegang selama berabad-abad oleh keturunan Ibrahim. Hal ini
dapat dimaklumi bahwa masyarakat Romawi yang tidak memiliki tradisi
keluarga monoteis seperti bangsa Yahudi masih dipenuhi pemikiran
filsafat helenisme dan kepercayaan pagan.
Anggapan
bahwa Yesus adalah `anak tuhan pada awalnya, ditambah Paulus dengan
menempelkan sifat-sifat ketuhanan pada Yesus untuk kemudian menjadi
bentuk imajener Kristus. Hal ini tergambar dalam ajaran Gereje Paulus
yang berbicara tentang Tuhan Bapak dan Anak Tuhan. Masyarakat Romawi
dan Yunani yang empunya Filsafat Helenisme segera saja menerima ajaran
Paulus, karena pandangan mereka tentang ketuhanan adalah Tripartite
(tiga keberadaan). Mereka tinggal menambahkan satu unsur saja yaitu Roh
Qudus agar bisa selaras dengan pandangan mereka tentang tuhan. Karen
Armstrong (A History of God) yang mengutip pernyataan tokoh pemikir
Trinitas abad IV (Gregory of Nazianzus) menceritakan bagaimana masalah
masuknya Roh Kudus dalam jajaran Trinitas yang diperkenalkan pada abad
ke N telah menimbulkan banyak permasalahan.
Kepercayaan
masyarakat Romawi terhadap dewa-dewi saat itu amatlah kental hingga 2
misionaris, Paulus dan Barnabas dianggap sebagai dewa seperti yang
tergambar dalam Perjanjian Baru :
:
Tatkala orang banyak nampak perbuatan Paulus itu, mereka itupun
mengangkat svaranya sambil berkata dengan bahasa Likaonia: ..Dewa-dewa
telah turun kepada kita menjelma menjadi manusia. Lalu digelarkannya
Barnabas itu Zius, tetapi Paulus Itu Hermes, sebab ialah pemberita yang
utama. �(Kisah Rasul-Rasul 14:11-12).
Kini,
sangat disayangkan bahwa pada saat manusia modern melihat paganisme
sebagai hal yang dikesampingkan dan tahayyul, otoritas Gereja malah
semakin getol mempertahankan penodaan monoteisme dengan kepercayaan
peradaban kuno yang sering memandang dewa-dewa sebagai tiga keberadaan.Logika
manapun tidak akan sampai pada pernyataan bahwa tiga adalah satu, atau
satu adalah tiga. Apalagi salah satu dari ketiganya adalah dilahirkan
oleh seorang wanita dan memakan makanan. Memang agak rumit, umat
Kristen percaya bahwa Tuhan itu satu, tapi pada saat yang sama mereka
percaya 100% bahwa Yesus adalah Tuhan, sama percayanya bahwa Yesus juga
100% manusia.
Ajaran
Ibrahim (monoteisme) yang dipertahankan oleh keturunannya dari keluarga
Yakub bin Ishaq (bangsa Yahudi) dan Ismail (bangsa Arab) adalah ajaran
yang hak, sebab pada dasarnya manusia akan mengatakan bahwa Tuhan itu
satu. Terbukti masyarakat yang pada sekian abad lalu tidak mampu
menalar, masyarakat modern menganggap paham paganisme adalah kemunduran
akal. Namun demikian kenapa justru yang mengaku keturunan Ibrahim
mengatakan tentang Tuhan dengan hal-hal yang tidak selayaknya untuk
dikatakan terhadapNya. Padahal bangsa Yahudi hingga saat ini masih
berpaham monoteisme, walaupun mereka bersikap kejam terhadap Penganut
ajaran Ibrahim lainnya yaitu umat Islam. Allah terbebas dari segala apa
yang mereka sekutukan.
Yesus vs Paulus
Buku The Islamic Invasion dibuka dengan Sekapur sirih Robert Morey menulis antara lain :
Dunia
penuh dengan kekusutan ruhani dan kebenaran. Ada banyak kondisi dan
cara dimana kita melenceng tanpa mengetahui betul-betul bahwa kita ini
tersesat. Al - Kitab mengungkapkan betapa canggihnya si penyesat
ketimbang manusia yang disesatinya: Iblispun menyamar sebagai malaikat
terang.
Tetapi, 2000 tahun yang lalu, hal ini telah diperingatkan oleh Yesus:
..akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (Yohanes,16: l)
Menyimak
ayat Bibel, Yohanes,16: 2 sebagaimana tersebut diatas, bagi orang yang
paham tentang sejarah awal umat Kristiani, bahwa ucapan Yesus tersebut
justru ditujukan kepada Paulus dan pengikutnya yang telah membunuh
pengikut pengikut setia Yesus.
Umat
Kristiani menyangka bahwa ia (Paulus) berbuat bakti bagi Allah,
sehingga dia diangkat sebagai Bapak Gereja sedunia. Padahal dialah
orang pertama yang menodai ajaran Yesus. Robert Morey melanjutkan
tulisannya.
Itulah
ciri-ciri dunia yang kehilangan tolok hakiki: alasan aktual don nurani
kejujuran. Yang ramai adalah kesemuan yang membonceng kesejatian.
Kembali ini diperingatkan oleh Yesus bahwa sijahat selalu menaburkan
benih lalang di fengah-tengah benih gandum. Keduanya lalu tumbuh
bersama, sulit dibedakan, sulit di cabufi satu terhadap yang lainnya. (Matius,13 : 24-30).
Maka menjamurlah alasan, fakta clan keadilan tandingan antara gandum clan lalang.
Siapakah
penabur benih lalang sebagaimana disinyalir oleh Yesus yang tercantum
dalam Matius,l3 :24-30, itu? Tidak lain dia adalah Paulus, seorang
pengkhianat yang menyusup seolaholah menjadi murid Yesus. Kemudian
mengadakan kudeta terhadap ajaran Yesus, dan mendirikan agama yang dia
beri nama Kristen, pada tahun 40 Masehi di kota Antiokhia.
Simaklah informasi Bibel dibawah ini:
Mereka
tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil
mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama
kalinya disebut Kristen. (Kisah Para Rasul, 11 :26)
Secara jujur, marilah kita perbandingkan:
1.
Ajaran yang dibawa Yesus (Nabi Isa a.s.), bernama Nasrani. Nasrani dari
kata Nasaret, yaitu nama sebuah desa tempat kelahiran Yesus.
Ajaran Nasrani antara lain:
a.Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
b.Kuduskanlah Hari Sabath
c.Jangan menyebut nama allah sembarangan
d.Hormatilah Ayah Ibu mu
e.Jangan membunuh
f.Jangan berjina
g.Jangan mengucapkan saksi dusta
h.Jangan mencuri
i. Jangan menduakan allah
j.Jangan membuat patung2 di rumah allah
Pengikut
Yesus disebut kaum Khawariyun yaitu yang kemudian disebut kaum Nazarean
(Nasrani) kemudian Unitarian dan habis dibantai oleh para pengikut
Paulus dengan penjagalan yang disebut lembaga Inkuisisi.
2. Agama yang dikembangkan oleh Paulus disebut agama Kristen, dilahirkan pada tahun 40 Masehi di kota Antiokia.
Tidak menjalankan 10 firman allah
Pengikut
Paulus disebut kaum Kristiani. Dengan uraian tersebut di atas,
hendaknya para pembaca dengan cermat bisa membedakan antara agama
Nasrani yang dibawa oleh Yesus (Nabi Isa a.s.), dan agama Kristen yang
dibawa oleh Paulus, orang yang membunuhi pengikut-pengikut setia Yesus.
Maka jelas sekali, yang dimaksud oleh Yesus dalam ayat Bibel, Matius, 13: 24-30, tidak lain adalah Paulus.
Selanjutnya
para pembaca juga harus cermat membedakan bahwa agama Nasrani yang
dibawa Yesus (Nabi Isa a.s.) disebut agama Samawi atau agama Langit,
namun agama Kristen yang dibawa oleh Paulus, tidak bisa disebut agama
Samawi atau agama Langit. Kristen adalah agama bumi karena hasil olahan
Paulus yang ayahnya orang Romawi clan ibunya orang Yahudi
MILLATU ABRAHAM DITANAH ARAB
Kehidupan Kesukuan
Kebanyakan penduduk Arab pada saat itu merupakan angota suku yang
hidupnya mengembara, meskipun ada juga suku-suku yang hidupnya menetap
di satu tempat atau kota kecil, seperti Makkah. Mereka menjalani
kehidupan dengan mengandalkan unta dan ternak yang lainnya. Karena itu,
kehidupan suku-suku ini ditentukan oleh kondisi geografis. Di banyak
daerah hujan sangat jarang terjadi. Setelah musim penghujan di beberapa
daerah akan muncul tumbuhan selama beberapa minggu dan ke daerah itulah
suku-suku pengembara bergerak, tetapi ketika tumbuhan sudah kering
mereka harus ke areal di mana terdapat sumur dan tampungan air. Setiap
suku membutuhkan daerah yang lebih luas daripada yang bisa mereka
pergunakan dalam satu waktu. Oleh karenanya, terdapat suatu pemahaman
tentang adanya hak sebuah suku terhadap satu padang rumput, dan sebuah
suku yang kuat akan tetap mempertahankan haknya dengan kekuasaan.
Ketika sebuah suku sudah terlalu lemah untuk mempertahankan haknya,
suku tersebut dapat menarik suku lain yang kuat untuk mendukung dan
melindungi, hubungan ini merupakan sesuatu yang lazim.
Selama
berabad-abad, suku Badui di kawasan Hijaz dan Nejed telah hidup dalam
persaingan tajam satu sama lain demi memperebutkan kebutuhan-kebutuhan
pokok. Untuk membantu masyarakat menanamkan semangat komunal yang
esensial bagi pertahanan hidup, orang Arab telah mengembangkan sebuah
ideologi yang disebut Muruah, suatu konsep etik yang banyak mengandung
fungsi agama. Dalam pengertian konvensional, orang Arab hanya memiliki
sedikit waktu bagi agama. Mereka mempunyai sekumpulan dewa-dewa pagan
dan beribadat di tempat-tempat suci ini bagi kehidupan ruhani. Mereka
tak memiliki pandangan tentang kehidupan sesudah mati, tetapi percaya
bahwa dahr, yang dapat diterjemahkan sebagai waktu dan nasib, sangatlah
penting -sebuah sikap yang barangkali esensial dalam masyarakat yang
angka kematiannya begitu tinggi.
Muruah
sering diterjemahkan sebagai kejantanan, namun kata itu memiliki
cakupan pengertian yang jauh lebih luas: Muruah bisa berarti keberanian
dalam peperangan, kesabaran dan ketabahan dalam penderitaan, dan
kesetiaan mutlak kepada suku. Nilai-nilai muruah menuntut seorang Arab
untuk mematuhi sayyid atau pemimpinnya setiap saat, tanpa peduli
keselamatan dirinya sendiri: dia harus mendedikasikan diri kepada
tugas-tugas mulia melawan semua kejahatan yang dilakukan terhadap suku
dan melindungi anggota-anggotanya yang lemah. Untuk menjamin
kelangsungan hidup suku, sayyid membagi kekayaan dan harta miliknya dan
membalas kematian satu anggotanya dengan membunuh satu anggota suku si
pelaku pembunuhan. Balas dendam atau utang nyawa balas nyawa merupakan
satu-satunya cara untuk menjamin sedikit keamanan sosial di wilayah
yang tak mengenal kekuasaan sentral ini, di mana setiap kelompok suku
merupakan hukum bagi dirinya sendiri dan tak terdapat sesuatu yang bisa
dipersamakan dengan angkatan kepolisian zaman sekarang. Jika seorang
pemimpin suku gagal membalas dendam, sukunya akan kehilangan martabat
sehingga suku-suku lain akan merasa bebas untuk membunuh anggota
sukunya tanpa dihukum. Hukum balas, dengan demikian telah menjadi
bentuk keadilan yang lazim. Ini berarti bahwa tak ada satu suku pun
yang dengan gampang dapat memperoleh yang derajat lebih tinggi daripada
yang lain. Ini juga berarti bahwa berbagai suku dapat dengan mudah
terlibat dalam lingkaran kekerasan tanpa akhir, di mana satu penuntutan
balas akan menimbulkan pembalasan yang lain jika orang-orang merasa
bahwa balas dendam itu dilakukan secara tidak proporsional terhadap
kesalahan asalnya.
Meskipun
tak diragukan lagi kebrutalannya, muruah tetap memiliki banyak
kelebihan. Muruah sangat menekankan egalitarianisme dan ketidakpedulian
pada materi, yang, lagi-lagi, barangkali esensial dalam wilayah yang
tidak memiliki persediaan kebutuhan pokok dalam jumlah yang memadai:
kedermawanan merupakan kebajikan yang penting dan mengajarkan
orang-orang Arab untuk tidak mengkhawatirkan hari esok. Sifat-sifat
ini, sebagaimana akan kita saksikan, penting maknanya bagi Islam.
Muruah telah berdampak baik bagi orang orang Arab selama berabad-abad,
namun sejak abad keenam konsep itu tak lagi mampu menjawab kondisi
modernitas. Selama fase terakhir periode Pra Islam, yang oleh kaum
Muslim disebut periode jahiliyah (masa kebodohan), ketidak puasan dan
kekosongan spiritual telah menyebar luas. Orang Arab dikepung dari
semua sisi modern mulai menembus masuk ke Arab dari wilayah-wilayah
yang berpenghuni; para saudagar yang bepergian ke Suriah atau Irak
membawa pulang kisah-kisah mengagumkan tentang kehebatan peradaban.
Namun,
tampaknya mereka ditakdirkan untuk terus hidup dalam barbarisme.
Peperangan antar suku yang tak henti�hentinya terjadi membuat mereka
tak mampu mengumpulkan sumber daya mereka yang hanya sedikit itu dan
menjadi orang Arab bersatu. Merek adapat menentukan nasib sendiri dan
mendirikan sebuah peradaban sendiri. Sebaliknya mereka justru
Senantiasa terbuka untuk dieklploitasi oleh kekuatan-kekuatan besar:
buktinya, wilayah yang lebih subur dan canggih di Arab Selatan yang
kini dekenal sebagai Yaman (yang memiliki keuntungan dari hujan muson)
telah menjadi sekadar satu provinsi dalam wilayah kekuasaan Persia.
Pada saat yang sama, ide-ide baru yang menembus kawasan itu
memperkenalkan individualisme yang meruntuhkan etos komunal lama.
Kondisi keagamaan masyarakat (Jahiliyah)
Jazirah
Arab selatan, Arabia Felix kuno, dikenal karena kekayaannya, namun
ketika Rasulullah saw lahir (570) masa kegemilangannya tidak ada.
Politeisme kuno secara luar digantikan oleh pengaruh-pengaruh agama
Yahudi dan Kristen. Di Arab Tengah, agama yang lebih primitif masih
tetap eksis, disertai dengan kebiasaan membanggakan kekuatan suku yang
hebat. Gua-gua dan batu dianggap suci dan memiliki kekuatan yang
diberkati, barakah. Hal ini adalah kebiasaan bangsa Semit. Sebuah pusat
peribadatan batu adalah Mekkah, tempat Hajar Aswad (batu hitam) di
sebelah tenggara Kabah yang merupakan tujuan tahunan dari Haji tahunan.
Hubungan dagang dan pasar pasar didirikan selama empat bulan suci, saat
itu perang dan pembunuhan dilarang, serta anggota seluruh suku dan
keturunan bangsa Arab melakukan perjalanan ke tempat suci. Bangsa Arab
disituasikan dalam wilayah pengaruh Byzantium dan Persia, keduanya
merupakan rekan dagang masyarakat Mekkah dan ini memfasilitasi kontak
seluruh koloni Kristen mungkin tidak ditemukan dalam hati orang Arab.
Demikian pula, terdapat wilayah Yahudi dekat Madinah, bahkan Raja Sheba
berpindah ke agama Yahudi pada sekitar tahun 500.
Orang
Yahudi dan Kristen, mitra dagang yang sering berhubungan dengan
orang-orang Arab, acap mencela mereka sebagai orang-orang barbar yang
tidak memperoleh wahyu dari Tuhan. Orang Arab merasakan campuran rasa
benci dan hormat kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan yang tak
mereka punyai ini. Yudaisme dan Kristen tidak mendapat banyak kemajuan
di kawasan itu, meskipun orang Arab mengakui bahwa bentuk agama yang
progresif ini sebenarnya lebih unggul daripada paganisme tradisional
mereka. Ada beberapa suku Yahudi yang tidak jelas asal-usulnya di
pemukiman Yatsrib (kernudian menjadi Madinah) dan Fadak, hingga ke
utara Makkah, serta beberapa suku utara di perbatasan antara imperium
Persia dan Byzantium yang telah beralih menganut aliran Monofisit atau
Kristen Nestorian. Akan tetapi, orang Badui sangat independen, mereka
bertekad untuk tidak jatuh ke bawah salah satu kekuatan adidaya seperti
saudara-saudara mereka di Yaman dan sangat menyadari bahwa baik orang
Persia maupun Byzantium telah menggunakan agama Yahudi dan Kristen
untuk mengembangkan pola-pola imperial mereka di kawasan itu. Mereka
barangkali juga menyadari bahwa baik orang Persia maupun Byzantium
telah menggunakan agama Yahudi dan Kristen untuk mengembangkan
pola-pola imperial mereka di kawasan itu. Mereka barangkali juga
menyadari secara naluri bahwa mereka telah mengalami dislokasi cultural
yang cukup parah, seiring erosi tradisi-tradisi mereka sendiri. Mereka
sama sekali tak merasa menginginkan sebuah ideologi baru, apalagi yang
terungkap dalam bahasa dari tradisi asing.
Oleh
karena itu, kehidupan menyembah berhala itu tetap subur di kalangan
mereka, sehingga pengaruh demikian ini pun sampai kepada
tetangga-tetangga mereka yang beragama Kristen di Najran dan agama
Yahudi di Yathrib, yang pada mulanya memberikan kelonggaran kepada
mereka, kemudian turut menerimanya. Hubungan mereka dengan orang Arab
yang menyembah berhala untuk mendekatkan diri kepada Tuhan itu
baik-baik saja.
Paganisme Arab
Cara-cara
penyembahan berhala orang-orang Arab dahulu banyak sekali macamnya.
Setiap kabilah atau suku mempunyai patung sendiri sebagai pusat
penyembahan. Sesembahan sesembahan zaman jahiliah ini pun berbeda-beda
pula antara sebutan shanam (patung), wathan (berhala) dan nushub. Shanam ialah dalam bentuk manusia dibuat dari logam atau kayu. Wathan demikian juga dibuat dari batu, sedang nushub. adalah batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. Beberapa
kabilah melakukan cara-cara ibadahnya sendiri-sendiri.
Ada
tiga sesembahan Arab kuno yang secara khusus disenangi oleh orang-orang
Arab Hijaz, yaitu Al-Lat (yang secara sederhana berarti Dewi) dan
Al-Uzza (Yang Perkasa), masing. masing memiliki kuil suci di Thaif dan
Nakhlah, sebelah tenggara Makkah, dan Manat (Sang Penentu), yang kuil
sucinya bertempat di Qudaid, di pesisir Laut Merah. Mereka sering
disebut banat Allah, yang
arti harfiahnya Anak Perempuan Allah, tetapi tidak merupakan sesembahan
yang telah berkembang sepenuhnya, Orang Arab menggunakan istilah
kekeluargaan seperti itu untuk menyatakan suatu hubungan yang abstrak:
dengan demikian, banatal-dahr (harfiahnya putri-putri nasib) sekedar bermakna ketidak beruntungan atau pasang surut kehidupan. Istilah banat Allah mungkin
sekedar merujuk kepada wujud-wujud suci, Sesembahan ini tidak diwakili
oleh patung yang realistic di dalam kuil-kuil, tetapi oleh batu-batu
besar yang berdiri tegak, seperti yang terdapat di kalangan orang
Kanaan kuno. Batu itu tidak disembah oleh orang-orang Arab secara
langsung, tetapi hanya menjadi sebuah focus keilahian. Seperti Makkah
dengan Kabahnya, kuil-kuil di Thaif, Nakhlah, dan Qudaid telah menjadi
lambing spiritual yang penting di dalam hati orang-orang Arab.
Mereka
beranggapan batu karang itu berasal dari langit meskipun agaknya itu
adalah batu kawah atau yang serupa itu. Tidak cukup dengan
berhala-berhala besar itu saja buat orang orang Arab guna menyampaikan
penyembahan mereka dan memberikan korban-korban, tetapi kebanyakan
mereka itu mempunyai pula patung-patung dan berhala-berhala dalam rumah
masing-masing. Mereka mengelilingi patungnya itu ketika akan keluar
atau sesudah kembali pulang, dan dibawanya pula dalam perjalan bila
patung itu mengizinkan ia bepergian. Namun ketika mereka menyembah
patung-patung berhala itu, maka tidaklah serta merta dikatakan bahwa
mereka tidak meyakini adanya tuhan, semua patung itu, baik yang ada
dalam Kabah atau yang ada disekelilingnya, begitu juga yang ada di
semua penjuru negeri Arab atau kabilah-kabilah dianggap sebagal
perantara antara penganutnya dengan Allah. Sebagaimana disebutkan Allah
dalam Al-Quran surat Az Zumar : 3: Tidaklah kaml menyembah mereka melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kepercayaan mereka tidak sebatas pada pengakuan adanya Tuhan saja.
Orang Arab juga percaya bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan alam
semesta. Hal ini juga tergambar dari pemberitaan Allah dalam Al-Quran
surah Luqman ayat 25: Jika engkau tanyakan kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab: Allah. Tetapi
menurut pandangan Islam kondisi seperti ini mereka masih dikatakan
kafir dan musyrik. Sebab, mereka tidak menuhankan Allah SWT dalam
ubudiah. Mereka tidak tunduk kepada aturan yang ditetapkan oleh Allah.
Mereka membuat cara, ajaran, dan nilai sendiri dalam mendekatkan
dirinya kepada Allah dengan cara membuat tuhan-tuhan dari kayu dan batu
untuk menjadi perantara mereka dengan Allah. Mereka lebih patuh kepada
peraturan yang mereka buat sendiri untuk menggantikan hukum yang telah
diturunkan Allah. Tauhid inilah (tauhid uluhiyyah) Yang membedakan
antara seorang Islam dan orang yang kafir / musyrik.
Ahnaf pengikut Abraham
Setelah
ekonomi pasar mulai terbangun, pandangan orang Arab mulai berubah.
Banyak yang masih puas dengan aliran kuno memuja berhala, tetapi
berkembang kecenderungan untuk menyembah satu Tuhan ; dan kekhawatiran
makin meningkat terhadap ketidakadilan peradaban baru yang berkembang
di Mekkah. Sebagian orang Arab mulai mencari kebenaran, yang tidak puas
dengan agama dominan bangsa Arab, yang berada dalam wilayah keyakinan
yang lebih tinggi. Orang-orang ini disebut hanif, dan tampaknya percaya
pada Tuhan Yang Maha Tinggi. Ini adalah upaya untuk menemukan bentuk
monoteisme Yang lebih netral dan tidak ternoda kaitan imperialistik.
Sejarahwan Kristen Palestina, Sozomenos, mengemukakan kepada kita bahwa
pada awal abad kelima beberapa orang Arab di Suriah telah menemukan
kembali apa yang mereka sebut agama asli Ibrahim, yang berkembang
sebelum Tuhan menurunkan Taurat atau Injil dan, dengan demikian, bukan
Yahudi atau Kristen. Tidak lama sebelum Rasulullah menerima panggilan
kenabiannya sendiri, penulis biografinya yang pertama, Muhammad ibn
Ishaq (w. 767), menjelaskan kepada kita bahwa empat orang tokoh Quraisy
Makkah memutuskan untuk mencari hanifiyyah, agama asli Ibrahim. Sebagian sarjana Barat telah menyatakan bahwa sekte hanifiyyah yang
kecil ini adalah sebuah fiksi agama yang menyimbolkan kegelisahan
spiritual zaman jahiliah, tetapi pasti memiliki dasar pijakan yang
faktual. Tiga di antara keempat hanif itu cukup dikenal oleh generasi
pertama muslim: Ubaidillah ibn Jahsy, keponakan Rasulullah; Waraqah bin
Naufal, yang akhirnya beragama Kristen; dan Zaid ibn Amr, paman Umar
bin Khattab, salah seorang sahabat dekat Rasulullah dan khalifah kedua
dalam pemerintahan Islam. ada sebuah kisah bahwa pada suatu hari,
sebelum meninggalkan Makkah menuju Suriah dan Irak untuk mencari agama
Ibrahim, Zaid berdiri di sisi Kabah, bersandar ke bangunan suci itu
clan berkata kepada orang Quraisy yang sedang melakukan ritus
mengelilinginya dalam cara yang sudah dilakukan sejak lama: Wahai
Quraisy, demi yang jiwa Zaid berada di tangannya, tak ada seorangpun
dari kalian yang mengikuti agama Ibrahim kecuali aku. Kemudian dengan
sedih dia menambahkan, Ya Tuhan, andaikan aku tahu bagaimana engkau
ingin disembah, niscaya aku akan menyembahmu dengan cara itu; namun aku
tidak tahu.
Kerinduan
Zaid terhadap wahyu ilahi akhirnya terpenuhi di Gua Hira pada tahun 610
di malam ketujuh belas bulan Ramadhan, dengan kenabian Muhammad.
MISI SANG NABI
Semua
agama yang diturunkan Allah SWT ke muka bumi (agama samawi) menempatkan
tauhid ditempat yang pertama. Karena itu setiap Rasul yang diutus Allah
SWT mengemban tugas untuk menanamkan tauhid ke dalam jiwa umatnya,
mengajak mereka supaya beriman kepada Allah, menyembah mengabdi, dan
berbakti kepada-Nya ; melarang mereka menyekutukan Allah dalam bentuk
apapun, baik zat, sifat maupun afal -Nya.
Misi
risalah semacam ini pulalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW karena
itu, tema sentral setiap dakwah dan seruannya adalah tauhid. Bahkan,
pada awal masa kerasulannya, selama di Mekkah, beliau memfokuskan
perhatian kepada pembinaan tauhid ini sehingga semua aktivitas
tablighnya diarahkan kesana.
Agama
Muhammad dikenal dengan nama Islam, kepasrahan eksistensial yang
diharapkan untuk diberikan setiap Muslim kepada Allah: seorang muslim
adalah seseorang yang menyerahkan segenap dirinya kepada Sang Pencipta.
Di sini Dr. Robert Morey
kurang begitu memahami sejarah dan bahasa Arab dengan mengatakan : Kata
islam adalah kata Arab yang aslinya merujuk kepada sifat kejantanan dan
mendiskripsikan seorang yang gagah berani dan jantan dalam pertempuran.13 Yang dimaksud oleh Dr. Morey dengan kejantanan adalah sifat Muruah, sebagaimana telah kita bahas diatas.
Dr.
Morey mengatakan bahwa Pandangan-pandangan dan ritus-ritus keagamaan
yang ditemukan dalam Islam dan Al-Quran, dapat ditelusuri kembali
kepada pengaruh dari kehidupan keagamaan, adat istiadat, dan budaya
jaman praIslam. Pernyataan ini sama sekali tidak didasarkan sejarah.
Apa tidak pernah menelaah buku sejarah Islam dimana kaum Quraisy
terkejut ketika melihat umat Muslim generasi pertama melakukan shalat:
mereka tidak bisa menerima bahwa anggota suku Quraisy yang selama
berabad-abad telah membanggakan independensi Badui harus tersungkur
bersujud di atas tanah seperti seorang budak. Hal ini mengakibatkan
kaum Muslim harus menarik diri ke lembah-lembah kecil tersembunyi di
sekitar kota untuk melaksanakan shalat secara rahasia. Reaksi kaum
Quraisy memperlihatkan bila Islam menentang segala penyembahan kepada
berhala, batu, bulan, dan benda-benda yang lain dari agama pagan.
Ayat-ayat
al Quran yang turun pada periode Mekkah banyak yang berisi
masalah-masalah ketauhidan. Sebagaimana firman Allah dalam surat
an-Najm : 18-23.
�Adakah
kamu perhatfkan Lat dan �Uzza. Dan Martat yang ketiga, yang terakhir.
Adakah untuk kamu itu yang laki-laki dan untuk Dia yang perempuan ?
kalau begitu ini adalah pembagian yang tak seimbang Itu tidak lain
hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyang kamu buat sendiri. Allah
tidak mernberikan suatu keteranganpun untuk nya. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti sangkaan-sarrgkaan, dan apa yang diingini oleh hawa
nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari
Tuhan rnereka.�
Ini
adalah ayat-ayat yang paling radikal di antara semua ayat Al Quran yang
mencela dewa-dewa pagan leluhur kaum Quraisy. Setelah ayat ini,
Rasulullah menjadi seorang monoteis yang keras, dan syirk (secara
harfiah berarti menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain) menjadi
dosa paling besar dalam pandangan Islam.
Kepercayaan kepada satu Tuhan yang dikenalkan oleh Rasulullah menuntut
perubahan kesadaran yang menyakitkan. Sepem halnya orang-orang Kristen
awal, kaum Muslim generasi
pertama
dituduh sebagai penganut ateisme yang membahayakan masyarakat. Di
Makkah, di mana peradaban kota masih baru dan tentunya tampak sebagai
keberhasilan yang rentan bagi kaum Quraisy yang amat bangga akan
kecukupan dirinya, banyak yang merasakan ketakutan dan kegelisahan yang
sama seperti dirasakan penduduk Roma yang pada awalnya menolak Kristen.
Kaum Quraisy tampaknya merasa keterputusan dengan dewa-dewa leluhur
mereka sebagai ancaman besar, dan tak lama kemudian nyawa Rasulullah
sendiri pun terancam.
Pada
tahun 622 komunitas muslim yang mengalami penganiayaan, hanya memiliki
satu alternatif yaitu meninggalkan kota Makkah. Dengan permintaan
beberapa muallaf dari Yastrib mereka pindah ke kota itu, tempat yang
kemudian mempertemukan mereka untuk bergabung dengan Nabi. Hijrah
inilah yang mengubah secara drastis nasib umat Islam. Sehingga para
penerus Nabi memilih momen ini sebagai awal kalender musim sebagai
pengganti tahun kelahiran nabi.
Selain
ajakan untuk pasrah kepada Tuhan Yang Esa, kayakinan baru ini diperkaya
dengan sebuah hukum yang bersumber kepada Rasulullah. Di kota Yastrib
itu, yang kemudian dikenal sebagai madinat ar-Rasul, kota utusan Allah,
atau sering disebut Madinah saja, suatu kota yang penting untuk menata
kehidupan bersama antara Muhajirin : emigran, dan Anshar : penolong.
Islam selain merupakan suatu keyakinan dengan pesan universal, juga
mempunyai satu ruh yang ditanamkan oleh Nabi, yaitu ukhuwwah Islamiyah
untuk mempersatukan menjadi sebuah komunitas dimana pertalian darah
digantikan dengan persaudaraan keimanan. Semua Muslim bersaudara dan
sama di hadapan Allah, apa pun latar belakang social, afiliasi
kesukuan, atau tingkat ekonomi mereka. Dan dalam hal ini, seluruh
saudara satu sama lain saling membantu. Tak lama kemudian, kebutuhan
akan
suatu aturan umum sangat terasa guna melengkapi budaya kesukuan,
mentransformasikan dan menyatukan mereka ke dalam suatu pandangan hidup
yang baru. Syariat, yaitu sesuatu yang dikembangkan secara permanen
yang di dalamnya memuat ritual dan praktek peribadatan yang betul-betul
mapan.
Karena
Madinah berlokasi di jalan yang menghampar dari Makkah menuju
Palestina, perang tidak dapat dielakkan antara dua kota itu. Akhirnya
kemenangan di pihak Muslim setelah sembilan tahun tepatnya pada tahun
630.
Setelah
Rasulullah mengambil alih Mekkah tanpa setetes darah pun yang tumpah.
Dia menghancurkan patung-patung di seputar Ka�bah, mempersembahkan
tempat itu hanya untuk Allah, Tuhan Yang Esa, dan mengubur upacara
pemujaan berhala dan menggantinya dengan ibadah haji sesuai ajaran
Islam dan menghubungkannya dengan cerita Hajar, dan Ismail. Kemenangan
Rasulullah memberi keyakinan kepada para musuh besarnya, Seperti Abu
Sufyan, bahwa agama lama sudah gagal. Setelah Rasulullah wafat pada
tahun 632, hampir semua suku Arab telah bergabung dengan umat dalam
konfederasi atau telah masuk Islam. Karena anggota umat tidak boleh
saling menyerang, maka lingkaran mengerikan dari perang suku, dan
saling balas dendam telah berakhir. Seorang diri Rasulullah telah
membawa perdamaian di Arab yang terpecah-belah oleh perang.
Walaupun
demikian tidak ada seorang pun suku Quraisy yang dipaksa masuk Islam,
demikian juga Rasulullah tidak pernah meminta orang Yahudi atau Kristen
untuk menganut agama Allah kecuali jika mereka sendiri yang betul-betul
menginginkannya, karena mereka telah memiliki kitab suci tersendiri
yang juga autentik. Al-Quran tidak memandang pewahyuan sebagai
pembatalan pesan-pesan dan pandangan pandangan dari nabi terdahulu,
tetapi justru menekankan kesinambungan pengalaman keagamaan umat
manusia. Al
Quran tidak mencela tradisi keagamaan lain sebagai hal yang keliru atau
tidak lengkap, tetapi menunjukkan bahwa setiap nabi baru selalu
meneguhkankan dan melanjutkan pandangan para pendahulunya. Al Quran
mengajarkan bahwa Tuhan telah mengirim para utusan kepada setiap umat
manusia di muka bumi: sebuah hadis menyebutkan adanya 124.000 nabi
seperti itu, sebuah angka simbolik yang menunjukkan ketakterbatasan.
Al-Quran berulang-ulang menyatakan bahwa yang disampaikannya bukanlah
suatu risalah yang sama sekali baru clan bahwa kaum Muslim harus
menekankan keserumpunan mereka dengan agama-agama yang lebih tua.
Kehidupan
dan jasa Rasulullah akan mempengaruhi pandangan spiritual, politik, dan
etika umat Islam untuk selamanya. Mereka mengekspresikan pengalaman
keselamatan Islam yang tercapai dengan prestasi masyarakat dalam
melaksanakan perintah Tuhan. Ini tidak hanya menyelamatkan umat Islam
dari neraka politik dan sosial yang ada di Arab pra-Islam, tetapi juga
memberi mereka konteks yang membuat mereka lebih mudah berserah diri
sepenuh hati kepada Tuhan. Rasulullah menjadi contoh mendasar dari
penyerahan diri yang sempurna kepada Tuhan, dan Muslim berusaha
menyesuaikan kehidupan sosial dan spiritual mereka dengan standar
tersebut.
Muhammad
tidak pernah dimuliakan sebagai figur Tuhan, tetapi dianggap sebagai
Manusia Sempurna dan sebagai utusan. Penyerahan dirinya kepada Tuhan
sangat menyeluruh sehingga dia bisa mengubah masyarakat dan
memungkinkan bangsa Arab hidup berdampingan dengan damai. Dalam
etimologi, kata Islam berhubungan dengan salam (perdamaian), dan Islam
memang menawarkan kesatuan dan kerukunan.
Rasulullah mencapai keberhasilan ini dengan menjadi penerima wahyu
Tuhan. Lewat dirinya, Tuhan mengirim firman firman yang membentuk
al-Quran. Saat menghadapi krisis atau
dilema
Rasulullah masuk ke dalam dirinya sendiri amat dalam dan mendengar
jawaban dari Tuhan. Kehidupannya menyajikan dialog teratur antara
keberadaan realitas dan kejadian-kejadian Yang diwarnai kekerasan,
teka-teki, dan gangguan dari keduniaan.
Keberhasilan Nabi Muhammad adalah sangat luar biasa. Tatkala wafat pada
tahun 632, dia telah berhasil menyatukan hampir semua suku Arab menjadi
sebuah komunitas baru, atau ummah. Dia telah mempersembahkan kepada
orang-orang Arab sebuah spiritualitas yang lain dari tradisi mereka dan
yang membukakan kunci bagi sumber kekuatan yang besar sehingga dalam
waktu seratus tahun mereka telah mendirikan imperium sendiri yang luas
membentang dari Himalaya hingga Pirenia, dan membangun sebuah peradaban
baru, peradaban Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar